Kamis, 27/11 sore itu aku dapat dapat info dari tetangga minyak dipangkalan Jatingarang telah dipasok satu tanki mobil minyak tanah. Tanpa pikir panjang aku bawa semua jerigen minyak untuk aku bawa agar dapat diisi semuanya. Memang hari itu warung keluargaku lagi kehabisan minyak tanah untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Sampai di sana ternyata sudah terjadi antrian panjang. Ibu-ibu dari muda sampai tua sudah berdiri berjajar di samping jerigen masing-masing yang sudah dua jam yang lalu menunggu giliran jerigennya diisi. Aku pun menunggu giliran dengan sabar berharap meski lama akan mendapat minyak tanah penuh hari ini.
Setelah beberapa jam lamanya giliranku tiba, ternyata aku hanya mendapat jatah maksimal 4 liter. Yah, daripada gak dapet meski hanya untuk sekedar menghidupkan dapur.
Kelangkaan minyak tanah ini sudah diprediksikan oleh masyarakat karena memang akan ada konversi minyak tanah ke gas. Meski begitu beberapa warga masih mengeluhkan langkanya minyak tanah yang memang mereka masih membutuhkan. Banyak warga mengkhawatirkan mahalnya biaya bila menggunakan kompor gas. Belum lagi keamanan dalam menngunakan kompor gas tersebut. Maklumlah kompor gas masih awam bagi sebagian besar warga di pedesaan.
Semua memang tinggal menunggu waktunya konversi akan sampai di desa jatisarono. Perubahan pasti akan terjadi, tuntutan jaman tidak akan mungkin kita bendung. Hanya pemerintah harus lebih jeli melihat kebutuhan masyarakat bawah yang paling kecil. Bukan hanya mementingkan pemilik modal besar dan mengoorbankan rakyat kecil.
wah kok di kethok kethokke tho Sigit... Ha ha ha
BalasHapus